Ø Hitam – Putihnya Kampus( adanya praktek prostitusi yang populer )
Kampus menjadi tempat menuntut ilmu yang dipilih setelah lulus dari sekolah menengah atas (SMA). Dibalik tempat menuntut ilmu, ada beberapa Mahasiswa yang memanfaatkan keramaian kampus sebagai lahan bisnis yang menjanjikan bagi para penjajal tubuh. Cara menjajakan tubuh yang dilakukan mahasiswa berbeda dengan penjajal tubuh yang menanti di warung remang-remang dengan tarif Rp 50.000.
Mahasiswa lebih cerdas menarik pelanggannya dengan menggunakan calo yang biasa disebut germo ataupun alat-alat teknologi seperti HP, internet, social net working dan sejenisnya. Kadang mereka juga sering mangkal ditempat-tempat tertentu. Itu sebabnya praktek tersebut agak sulit untuk dilacak, karena para penjajal tubuh itu penampilannya sama seperti mahasiswa lainnya. Oleh sebab itu disebutlah mereka sebagai “ayam kampus”.
Ø Ayam Kampus
Ayam kampus memang bukan fenomena baru, tapi faktanya tidak semua orang bisa menemui dan bercengkrama secara langsung. Tingkahnya yang liar dan tubuhnya yang bersih, membuat orang susah untuk bertemu dengannya. Ia cenderung untuk tidak bergaul secara terbuka dengan mahasiswa biasa, kecuali yang bisa melindungi dan membahagiakannya (pelanggan). Apalagi untuk bergaul terlalu akrab dengan dosen, ayam kampus pastinya lebih memilih menghindar.
Menurut salah satu mahasiswa, sebut saja namanya Ceper (bukan nama sebenarnya) yang saya temui beberapa hari lalu, Dia mengetahui di mana biasanya ayam kampus mangkal. Ceper mengatakan bahwa “biasanya para ayam kampus mangkal disekitar Novotel dan Agas”. Bahkan Ceper mengetahui tempat ayam kampus tinggal atau kost.
Penasaran dengan apa yang telah dikatakan Ceper, Saya berusaha mencari info lain tentang kebenaran itu. Selang beberapa hari kemudian Saya berhasil menemukan salah satu mahasiswa yang menjadi ayam kampus, sebut saja namanya Melati mahasiswa yang sedang belajar di Universitas swasta yang ada di daerah Solo.
Ø Alasan Melakukan
Keberhasilan menemukan keberadaan mereka tidak saya sia – siakan dengan bertanya kepada dia (ayam kampus). Berikut beberapa pertanyaan saya.
Kenapa memilih profesi seperti ini? Melati menjawab dengan lugu “karena saya iri kepada teman - teman saya.” iri kenapa? “karena sekarang teman – temen saya sudah banyak yang memiliki barang-barang canggih seperti BB, Laptop dan biaya untuk makan sehari-hari.” apakah orangtua kamu tahu bahwa sekarang kamu menjadi ayam kampus? “tidak, karene kalau mereka tahu saya bisa langsung disuruh keluar dan tidak akan diperbolehkan lagi melakukan hal seperti ini.” sejak kapan anda melakukan kegiaatan seperti ini?”saya menjalani profesi ini sudah satu tahun.” berapa uang yang ada minta kepada pelanggan?”saya mematok tarif sekitar Rp 200.000 – 300.000 ribu.” dalam satu minggu anda mendapat berapa pelanggan?”kalau masalah itu tidak pasti ya Mas,tergantung rezeki, ya kira – kira sekitar 4 – 5 pelanggan.” jawabnya sambil tersenyum tersipu malu. Apakah Anda mempunyai pelanggan tetap?”ada” jawabnya senyum yang tipis.
Ø Apa kata mereka ( Mahasiswa, Masyarakat)
ž Mahasiswa
Menurut komentar dari mahasiswa bernama Riri yang saya temui pada beberapa hari yang lalu mengatakan bahwa seharusnya kegiatan seperti itu tidak ada di kampus, dia juga mengatakan bahwa “kegiatan tersebut sangat meresahkan bahkan dapat merusak nama baik Universitas kita.” Dan ketika saya bertanya mengenai ciri – ciri fisik ayam kampus itu seperti apa? Dia pun menjawab “biasanya kalau secara fisik tidak ada sama seperti mahasiswa yang lainnya.”
Menurut Pak Heri salah satu warga yang tinggal di sekitar Universitas tersebut mengatakan “kegiatan mereka itu sama seperti mahasiswa pada umumnya, kebanyakan dari mereka juga bukan berasal dari keluarga yang tidak mampu tetapi mereka berasal dari keluarga yang mapan. Akan tetapi mereka merasa kurang berkecukupan dengan materinya makanya kebanyakan dari mereka mencari uang dengan cara seperti itu.”
Nama : Wahyu Iskandar
NIM : L100090050
Kelas : A
